Pemanfaatan "Shimbashira-Seishin" (Kolom Tengah) Sebagai Peredam Gempa Studi Kasus Gedung Tokyo Sky Tree (Universitas Gunadarma Review)
Blog
saya kali ini akan membahas mengenai teknologi peredam gempa. Baik, sebelum kita
bahas lebih lanjut sesuai judul diatas hal yang pertama kali kita bayangkan dan
pikirkan setelah mendengar kata “Peredam Gempa” apa sih? Mengurangi getaran
saat terjadi gempa, agar gedung tidak runtuh dan lain sebagainya. Tepat sekali,
peredam gempa pada prinsipnya berfungsi untuk menyerap energi gempa yang
dipikul oleh struktur sebuah gedung menjadi lebih elastis dan terhindar dari
kerusakan gempa yang parah. Banyak sekali di dunia ini negara yang memiliki
gedung-gedung pencakar langit yang sudah
menggunakan sistem peredam gempa yang canggih dan terbukti. Negara yang telah
banyak menggunakan teknologi super canggih ini contohnya adalah Jepang, Dimana
jepang dikenal sebagai sebuah negara yang rawan gempa karena beberapa alasan
tentunya seperti letak geografis Jepang yang terletak disepanjang lempeng api
yang menyebabkan Lempeng tektonik di bawah cincin api cenderung bertabrakan dan
menyebabkan gempa bumi. Bukan hanya gempa, bahkan angin badai pundapat menjadi
penyebab runtuhnya sebuah bangunan. Nah, oleh karena itu hal tersebutlah yang
melatarbelakangi saya untuk ingin memahami dan ingin membagikan ilmu mengenai
salah satu contoh penerapan sistem peredam gempa yang digunakan di negara
Jepang.
Sistem
peredam gempa yang akan saya bahas adalah sistem peredam gempa yang digunakan
pada Gedung Tokyo Sky Tree, Jepang. Gedung tokyo merupakan salah satu bangunan
tertinggi di Jepang, dengan ketinggian mencapai 634 meter yang menjadikannya
sebagai gedung tertinggi nomor 2 di Dunia. Gedung ini sehari-hari dimanfaatkan
sebagai lokasi untuk melakukan observasi atau pengamatan. Keadaan dan sejarah kegempaan di Jepang
membuat perusahaan arsitektur Nikken Sekkei, Tobu Railway selaku pengembang dan
Obayashi Corp sebagai kontraktor utama harus merencanakan sebuah sistem peredam
gempa yang luar biasa dengan berbagai pertimbangan dan setelah dilakukan
pengujian tentunya dengan merencanakan gedung yang tahan terhadap gempa dengan
kekuatan 7,7 SR yang pernah terjadi, gempa yang kala 500 tahun terjadi bahkan
kekuatan gempa yang belum terjadi sekalipun agar gedung Tokyo Sky Tree dapat
berdiri kokoh hingga umur rencana yang ditentukan dan diharapkan selama
mungkin.
Sesuai dengan judul blog,
gedung Tokyo Sky Tree memanfaatkan kolom tengah sebagai sistem peredam gempa
utama untuk gedungnya. Seperti apa sih kolom tengah yang dimaksud? Kolom tengah
merupakan struktur kolom yang diletakkan di tengah gedung, namun pasti kita
masih bingung kan dengan penjelasan ini? Kolom kan bisa saja diletakkan
ditengah gedung, lalu apa bedanya dengan kolom pada umumnya? Oke, setelah saya
membaca beberapa sumber dan memahami mengenai peran kolom tengah untuk kasus
ini, ternyata benar saja fungsi kolom pada gedung ini sangat berbeda dan jauh
lebih efektif dibandingkan kolom yang berdiri diseluruh elemen struktur sebuah
gedung. Konsep pemanfaatan kolom tengah diadopsi dari rumah tradisional jepang yang telah ada jauh
sebelum gedung ini akan dibangun, dimana terbukti “Rumah Pagoda Kayu Lima Susun” begitulah sebutan rumah tersebut
tetap bertahan walupun terjadi gempa berkali-hali hingga saat ini. Fungsi dan
ketinggian yang berbeda dari kedua bangunan tersebut mengharuskan perencana
untuk menambahkan berbagai metode dan inovasi selain kolom tengah sebagai
faktor utama peredam gempanya agar perkuatan terhadap gempa oleh peredam gempa
dapat bekerja ribuan kali lipat sesuai dengan pemanfaatan dan dimensi gedung. Caranya
adalah menggabungkan beberapa prinsip inovasi tahan gempa dalam gedung Tokyo
Sky Tree. Ada beberapa inovasi perkuatan yang akan digunakan dalam pembangunan
gedung Tokyo Sky Tree, sebagai berikut:
1.
Pondasi berbentuk segitiga, didukung oleh keterbatasan tanah
yang disediakan juga seperti halnya konsep tripod pada kamera. Bentuk segitiga
pada dasar bangunan dikira dapat menambah kekuatan gempa dan menerus ke bagian
atas gedung beruba kolom dan struktur yang silinder. Nah jadi bingung ga nih? Agar
lebih jelas dan mengerti saya menampilkan gambaran mengenai konsep rangka dasar
segitiga atau pondasi tripod.
2.
Diameter dan kualitas bahan yang digunakan pada kolom tengah
tersebut, berbeda dengan kolom pada umumnya untuk gedung Tokyo Sky Tree ini
dimana seringkali banyak menggunakan kolom silinder, memiliki ukuran diameter
yang sangat besar yaitu 8 meter. Tentunya untuk mendukung struktur baja sebesar
itu memerlukan kualitas baja dan bahan terbaik lainnya.
3.
Peredam Oil damper,yang juga sering disebut fluid viscouse damper (FVD). Dimana terdapat kolom tengah adalah silinder RC, yang dipisahkan dari
struktur rangka baja pada ketinggian 125 m ke atas. Massa
silinder RC di bagian ini digunakan sebagai bobot (tuned mass damper) untuk
sistem kontrol getaran. Peredam oli dipasang antara
silinder RC dan rangka baja untuk mengontrol perpindahan silinder dan
meningkatkan kinerja peredam menara utama. Dimana prinsip kerja peredam ini
yaitu memberikan perlawanan gaya melalui pergerakan yang dibatasi. Gaya
yang diberikan oleh FVD timbul, akibat adanya gaya luar yang berlawanan arah,
bekerja pada alat tersebut. Peralatan ini bekerja, dengan menggunakan konsep
mekanika fluida dalam mendispasikan energi. Mekanisme kerja ini, dianalogikan seperti suspensi atau
shock absorbser pada mobil, yang digunakan untuk mengatur pergerakan pegas di
posisi tumpuan. Oil damper dipasang disepanjang penyangga utama yaitu kolom
tengah, sebagai pembatas antara bagian
dalam menara atau struktur lainnya.
4.
Tangga
sebagai massa tambahan, Untuk mengontrol gerakan yang
berayun dari suatu struktur secara keseluruhan selama gempa bumi dengan
memberikan massa tambahan (menyeimbangkan berat) sehingga bergerak dalam waktu
yang sedikit tertunda dari gerakan yang diayun dengan cara penyeimbang untuk
memicu pergerakan pergerakan berat. Biasanya,
baja ingot atau massa beton digunakan sebagai massa tambahan, dan kadang-kadang
peralatan untuk membangun sistem layanan, atau akumulator panas, digunakan
untuk tujuan yang sama. Kasus sekarang dari kolom inti
(tangga) yang digunakan sebagai massa tambahan, tangga ini disebut
Shinchu-seishin (sistem kendali getaran silinder) berdasarkan pilar utama
arsitektur tradisional Jepang, Gojunoto (pagoda lima tingkat). Sistem ini dapat mengontrol getaran dan mengurangi beban gempa yang
bekerja pada menara hingga sekitar 40%. Tangga dipasang mengelilingi
kolom tengah sebagai massa tambahan menjadikan upaya ini menjadi yang pertama di dunia.
Bagaimana dengan
penjelasan diatas, luar biasa sekali bukan? Nah sekarang sudah paham kan apa dan bagaimana
sistem peredam gempa yang digunakan dan bekerja pada gedung Tokyo Sky Tree
tersebut. Seharusnya sudah ya, kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan
diatas adalah bahwa peredam gempa utama yang digunakan adalah kolom tengah
struktur dan didukung oleh beberapa faktor seperti diameter, massa tambahan
dari tangga dan gabungan antara inovvasi peredam oil damper menjadikan gedung
pencakar langit ini dapat berdiri kokoh hingga saat ini dan diharpakan hingga
jangka panjang. Intinya sangat perlu bukan penerapan sistem peredam gempa
disebuah gedung apalagi di daerah rawan gempa. Saya berharap tulisan ini dapat menambah
wawasan teman-teman lainnya sebagai pembaca untuk memahami apa dan bagaimana
salah satu peredam gempa bekerja, fungsinya dan mungkin suatu hari dapat
menemukan inovasi baru untuk struktur gedung yang lebih baik dan tahan gempa. Sekian
tulisan mengenai penjelasan peredam gempa yang dapat saya sampaikan, semoga
bermanfaat untuk kita semua!!! Terimakasihh...
Sumber:
https://youtu.be/eco8bryrwnY
Nama :
Retno Regita Pramesti
Npm :
15315790
Dosen Pengajar : I Kadek Bagus Widana Putra, ST., MT.
Jurusan : Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Komentar
Posting Komentar